gravatar

Membangun Keterampilan Literasi Informasi

Oleh DEDEN RAHMAT hidayAT

Membangun Indonesia ke depan diperlukan pribadi-pribadi mandiri. Keberadaan mereka yang mampu membangun solusi berdasarkan inisiatif sendiri akan sangat signifikan mengatasi berbagai masalah yang kompleks.

Kemandirian harus dibentuk agar negara kita mampu bangun dari keterpurukan. Kita harus mulai belajar bagaimana kita sebagai bangsa bisa berdiri di atas kaki sendiri, bukan menyandarkan kehidupan kita pada orang lain, terlebih kepada pihak yang kemungkinan akan memperdaya kita.

Untuk itu, dunia pendidikan harus tampil paling depan. Kegiatan pengajaran yang hanya mengedepankan transfer pengetahuan sekiranya mulai dievaluasi sebab anak cenderung menunggu "diajarkan", bukan belajar mandiri. Terlebih, anak tidak akan selamanya sekolah, sedangkan proses pencarian ilmu tidak boleh berhenti.

Salah satu adalah mengajarkan cara-cara yang efektif untuk mencari informasi. Sejumlah media berikut bisa dioptimalkan untuk merangsang keterampilan anak dalam mencari informasi.

Gambar. Istilah "gambar bisa berbicara" menunjukkan bahwa bentuk, komposisi, dan warna bisa membantu membentuk frame literasi anak. Pajanglah gambar-gambar yang dapat membantu anak memetakan pengetahuan. Gambar yang bagus dengan warna yang menarik bisa menjadi gerbang untuk mengetahui sesuatu.

Buku rujukan. Sediakan ensiklopedia, almanak, atlas, dan buku-buku referensi lainya di tempat yang mudah dijangkau anak. Simpanlah kamus di dekat tempat menonton televisi, dengan harapan anak bisa mencari makna kata sulit atau asing dari film atau iklan. Karpet dengan gambar peta dunia bisa menjadi alat yang efektif untuk menjadikan anak akrab dengan pemetaan geografis. Arahkan juga anak-anak agar mulai mencari suatu jawaban dari buku-buku rujukan ini.

Koran dan majalah. Berlangganan majalah atau koran secara psikologis dapat membangun keterampilan literasi informasi anak. Munculnya media ini di setiap hari, dapat membentuk pola pikir anak bahwa informasi dihasilkan tiada henti. Yang lebih penting lagi adalah ketika anak melihat orang tua atau gurunya banyak membaca. Secara perlahan, anak akan mengikuti kebiasaan tersebut.

Perpustakaan. Kesan membosankan tempat ini harus diubah. Penataan rak buku dan ruang yang tidak biasa seperti istana, hutan, atau negeri penyihir bisa membangun ketertarikan dan daya imajinasi anak. Sistem klasifikasi Dewey dapat dijadikan alat untuk kode pencarian "harta karun" buku agar anak merasa lebih betah di tampat ini. Pembiasaan tersebut perlu dilakukan agar anak menjadikan perpustakaan sebagai sudut favorit mereka.

Hari belanja buku. Membeli buku bisa menjadi sebuah kegairahan. Banyak buku baru bermunculan tiap hari dengan tampilan dan isi yang sangat menarik. Jika dana berlebih, biarkan anak memilih dan mengambil buku yang mereka inginkan dengan pengawasan tertentu. Hal ini dapat membiasakan anak untuk memprioritaskan uang mereka untuk hal yang sangat bermanfaat.

Penggunaan informasi praktis. Libatkan anak pada kegiatan penggunaan informasi praktis secara menyenangkan. Misalnya, ketika berbelanja, berilah anak kesempatan memegang daftar belanjaan yang harus mereka cari. Atau, ajak anak membaca petunjuk penggunaan atau penyajian suatu produk. Mereka juga bisa belajar mengisi formulir dan mengikuti rambu-rambu lalu lintas.

Internet. Berikan anak kesempatan mengakses internet. Perkenalkan cara mencari informasi melalui search engine, mengikuti hyperlink, mengirim dan menerima e-mail, atau bahkan chatting dan membaca koran online. Arahkan anak untuk mengunduh (download) situs sesuai dengan umur dan kebutuhan mereka.

Dengan pengenalan keterampilan literasi informasi, anak akan menjadi pembelajar yang mandiri. Di kemudian hari, mereka diharapkan menjadi pemimpin-pemimpin yang mampu membangun masyarakat Indonesia ke arah yang lebih baik. ***

Penulis, guru bahasa Inggris di Pribadi Advanced School, Bandung.