gravatar

Mengembangkan Konsep Diri dengan Kearifan Guru

Oleh Dra. Yati Rohayati

Konsep diri merupakan suatu keyakinan, kesan individu mengenai karakteristik dirinya yang mencakup karakteristik fisik, sosial, emosional, aspirasi, dan "achievement" (Elizabeth Hurlock, 1978).

Konsep diri seseorang akan tercermin dalam perilaku kesehariannya, termasuk dalam mewujudkan harapan-harapan dan cita-citanya. Dengan memiliki cita-cita akan menuntun seseorang untuk berencana, berupaya, dan berdoa agar dapat meraihnya. Namun, sering kali ditemukan para siswa yang merasa khawatir, gamang, tidak percaya diri, merasa tidak mampu, dan merasa pesimistis yang berujung pada suatu keputusan untuk tidak mau mencoba suatu peluang kesempatan. Kemudian, terucaplah kata "malas".

Hal ini berawal dari problem konsep diri yang negatif. Seseorang yang memiliki konsep diri negatif, jika meyakini dan memvonis dirinya lemah, ia tidak berdaya, tidak kompeten, tidak menarik, merasa diri bodoh, mudah menyerah sebelum bertanding, dan banyak lagi perilaku inferior lainnya yang dapat merugikan diri sendiri untuk meraih prestasi dan berkompetisi.

Sebaliknya, seseorang yang memiliki konsep diri positif akan terlihat lebih optimistis, penuh percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai keterpurukan, namun lebih dijadikan sebagai pengalaman dan pelajaran berharga untuk lebih maju.

Konsep diri terbentuk sejak individu mengenal lingkungan. Lingkungan yang pertama dan utama dalam membentuk konsep diri adalah orang tua/keluarga. Perkataan, perlakuan, sikap, serta pola asuh orang tua dijadikan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Anak-anak yang dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, atau lingkungan yang tidak kondusif, memungkinkan memiliki konsep diri yang negatif.

Suatu konsekuensi logis, di sekolah akan ditemukan berbagai karakteristik pribadi siswa, ada yang cenderung positif dan negatif. Maka, diperlukan sosok guru yang penuh kearifan sebagai implementasi dari kompetensi kepribadian guru, untuk menyelaraskan konsep diri siswa yang cenderung negatif, salah satunya melalui kegiatan pembelajaran.

Mengembangkan konsep diri di bidang akademis, bisa dengan cara menghargai kemampuan, kebaikan, dan kelebihan siswa sekecil apa pun. Dengan cara mengapresiasi keberadaannya dapat melatih sikap perilaku asertif siswa, sehingga diharapkan akan tumbuh rasa percaya diri yang positif dan mendorong mewujudkan potensinya secara optimal.

Mengenali potensi siswa, mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, disikapi secara bijaksana oleh sekolah dengan cara memberikan peluang waktu dan tempat untuk dapat bermakna dalam kehidupan siswa. Sebaliknya, kekeliruan, kesalahan selama proses pembelajaran acapkali berakibat rusaknya konsep diri anak dan tidak mustahil akan memengaruhi perilakunya.

Banyak kejadian memilukan yang dialami siswa, seperti kasus bunuh diri dan mogok sekolah. Jika dikaji, hal itu erat kaitannya dengan konsep dirinya yang keliru. Karena tidak ada penanganan yang tepat, hal itu menyebabkannya mengalami depresi berkepanjangan. Jangan-jangan perilaku siswa di luar sekolah yang meresahkan masyarakat, seperti geng motor, tawuran, dan penyalahgunaan narkoba berawal dari terbentuknya konsep diri yang negatif, sehingga memungkinkan berperilaku negatif pula.

Menyadari akan hakikat dan peranannya, konsep diri siswa perlu dikembangkan ke arah positif dan diwaspadai jangan sampai terbentuk pola pikir negatif, yang dapat menghambat perkembangan kepribadiannya. Konsep diri bersifat dinamis. Oleh karena itu, memungkinkan untuk berubah, seiring dengan situasi dan kondisi yang memengaruhinya. Diharapkan dengan mengembangkan konsep diri siswa, dapat mengantarkannya menjadi generasi yang unggul, memiliki kepribadian tangguh sehingga dapat memperbaiki krisis multidimensi di negara ini. Amin.

Penulis, guru SMA Negeri 24 Bandung.