gravatar

Tulisan Populer, Alternatif Karya Tulis Guru

Oleh Dewi Syafriani

Menulis bagi seorang guru menjadi satu keharusan, selain harus mengembangkan bahan ajar. Idealnya, guru pun harus membuat karya pengembangan profesi, salah satunya dalam bentuk karya tulis.

GURU, ironisnya, sampai saat ini masih banyak yang belum mencoba mengembangkan potensi dirinya dalam membuat karya tulis. Akibatnya, banyak di antara guru yang akan mengikuti kenaikan pangkat/golongan, salah satu kendalanya adalah dalam pembuatan karya tulis ilmiah. Sering kali hasil karya tulis yang sudah dibuat dikembalikan lagi karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Tuntutan lain yang berkaitan dengan pembuatan karya tulis adalah dalam penilaian sertifikasi guru yang sekarang mulai dilakukan. Sebagaimana diketahui, untuk dapat lulus penilaian sertifikasi, seorang guru harus mencapai nilai minimal 850 dari seluruh komponen yang ada dalam portofolio. Salah satu komponennya adalah karya pengembangan profesi dengan jumlah nilai maksimum 85 poin atau sekitar 10% dari seluruh nilai minimal yang harus dicapai.

Berdasarkan panduan penilaian portofolio, setidaknya ada beberapa jenis karya tulis yang dapat dilakukan guru, yaitu menulis buku, modul, penelitian dalam bidang karya tulis, seperti PTK (penelitian tindakan kelas), menjadi penulis soal untuk UN, dan membuat artikel yang dipublikasikan melalui koran, majalah ataupun jurnal. Pengalaman dari beberapa guru, ternyata banyak yang tidak memenuhi nilai minimal yang ditetapkan di antaranya karena tidak memiliki nilai dari komponen karya pengembangan profesi.

Sebenarnya, banyak hal yang dapat dituangkan dalam karya pengembangan profesi, misalnya dengan melaksanakan PTK. Melalui PTK, guru dapat menemukan pemecahan masalah atau inovasi dalam pembelajaran. Akan tetapi, jika melakukan PTK masih terkendala, guru dapat saja mencoba membuat buku, baik buku teks maupun buku kerja.

Jika menulis buku pun masih dirasa terlalu repot dan menyita waktu, mengapa tidak mencoba menuangkan gagasan dalam bentuk lain, yaitu tulisan populer untuk media massa, baik dalam bentuk feature, esai ataupun opini. Tentu banyak pengalaman ataupun gagasan yang dapat dikemukakan. Penulisannya pun lebih singkat, asal ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami, lugas, topiknya aktual dan didukung oleh data yang akurat.

Jika sudah menjadi satu bentuk karya tulis, jangan hanya disimpan di file komputer, cobalah kirim ke media massa. Syukur jika dimuat, jika tidak, tak perlu berkecil hati, mungkin kita dapat terus mencoba. Jika dimuat di koran atau jurnal yang terakreditasi, setidaknya kita akan mendapatkan poin 10. Sungguh suatu jumlah yang baik jika dibandingkan dengan menulis PTK yang poinnya 10 dan menulis buku poinnya 30.

Jika kebiasaan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan sudah dimulai, kemampuan menulis sudah terasah, guru mudah-mudahan ke depan dapat menulis bentuk karya tulis yang lainnya seperti menulis buku, modul ataupun melaksanakan PTK. Sekarang ini di setiap kabupaten/kota sudah terbentuk forum ilmiah guru. Forum ini dapat digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan karya pengembangan profesi guru. Ada ungkapan, menulis akan menjadi bisa karena biasa. Jadi, mulailah menulis.***

Penulis, guru geografi di SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung.